Gunung Prau, gunung yang berada diperbatasan antara Wonosobo dan Banjarnegara. Sebenarnya pendakian kali ini judulnya "Pendakian yang tertunda", Karna di bulan april kemarin gunung ini sedang di tutup karena sedan Penghijauan. Setelah gunung ini dibuka kembali, Akhirnya kami para siluman memutuskan untuk melakukan "Penebusan Dosa" ke gunung ini. Tepat pukul 4 sore, Kamis 14 Mei 2015 akhirnya kami berkumpul di salah satu kediaman sesepuh siluman laba-laba (Bahrul A.K.A Ulum). Setelah sebagian berkumpul, akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju agen bis Sinar J*ya. Satu per satu perserta berkumpul hingga menyisahkan 2 insan manusia yang katanya ingin menyusul kami pada malam harinya (Mungkin dia lelah).
Bispun mulai melajukan roda-rodanya menuju wonosobo, Didalam bis ini kita mendapatkan fasilitas yang kurang bersahabat untuk sekelas Siluman Laba Laba, dikarenakan WC toilet bis ini tidak dapat dipakai, AC yang kurang dingin, dan Smoking area yang tak berpintu (Nasib naik bis 90ribu-an). Perjalanan panjang antara Tangerang - Wonosobo telah menghabiskan beberapa bungkus rokok dan Cap orang utan, sekitar pukul 7 pagi akhirnya kita sampai di Pertigaan anatara menuju Wonosobo-Dieng, Kamipun turun di pertigaan tersebut untuk melanjutkan perjalanan dengan menaiki seong'gok minibus menuju kawasan dataran tinggi dieng. Setelah beberapa jam manaiki bis, akhirnya kami sampai di dataran Tinggi Dieng. Disini kami sempat meminta kepada si masinis bis tersebut untuk diturunkan di depan Indomar*t, Karna kami belum berbelanja untuk perbekalan pendakian di gunung prau ini.
Seperti biasa, Sebelum pendakian di mulai kami menyempatkan diri untuk melakukan ritual yang tidak lazim yaitu foto-foto (Efek publik figur). Ritualpun selesai, kamipun memulai pendakian ini. Setapak demi setapak kami langkahkan kaki kami menuju keatas, tapi emang dasar pendaki cabe-cabean, lebih banyak istirahatnya dari pada melangkahnya. Di Pos I pun kami istirahat sejenak untuk merenggangkan otot-otot yang mulai tegang (Alasan). Setelah beberapa menit istirahat, kami kembali melanjutkan perjalanan, Sepanjang perjalanan dari Pos I ke Pos II jalan mulai terjal, di pertengahan jalan akhirnya kami menyempatkan melakukan ritual kembali yaitu foto-foto.
Akhirnya kami sampai di Pos II (Tugu Perbatasan Banjarnegara-Wonosobo), Disini kami sempat menyembunyikan sedikit makanan, senter dan Air mineral untuk teman kami yang katanya menyusul (Opung & Dolok satu hati, Satu nyali, Satu Jiwa). Setelah perbekalan kami sembunyikan kamipun mulai melakukan pendakian menuju Pos III (Perbatasan Menara-Puncak). Setelah beberapa lama melewati Pos III akhirnya kami sampai di Top Summit 2.565 Mdpl (Kata Wong Londo). Disini kami sempat beristirah lama karna ritual biasa kami lakukan kembali (putu-putu). Kalau udah urusan foto, ga perduli panas terik matahari, Ribak Sude.
Setelah melewati puncak, Perjalanan menuju Bukit Teletubies sudah mulai landai. Sebelum sampai bukit teletubies, kami memutuskan untuk mendirikan tenda di samping jalan setapak, dengan asumsi teman kami yang menyusul dapat mudah bertemu dan bersatu padu menyusun kekuat baru di pemilu 2019 #SalamJariJari. Malampun telah tiba, ke-3 tendapun telah berdiri, tapi kedua insan manusia yang kami tunggu tak kunjung tiba. Akhirnya 3 manusia siluman laba laba memutuskan untuk naik ke puncak dengan alasan kemanusiaan (menunggu teman kami yang katanya mau menyusul, tapi tak kunjung tiba hingga jam 10 malam). Setelah beberapa jam menunggu dan bertanya-tanya kepada pendaki lain yang sedang naik, akhirnya kami bertiga memutuskan untuk kembali ke tenda karna malam semakin dingin, perut semakin lapar dan mata semakin mengantuk.
Dini hari pun tiba, Teman kami yang kami tunggu-tunggu pun tak kunjung tiba. Akhirnya kami memutuskan untuk ke dataran paling tinggi untuk foto-foto kembali (Sunrise Hunter). Benar kata orang, Kalau kawasan dieng itu kawasan Golden Sunrisenya Asia. Pemandangan yang luar biasa, dengan background kawasan dieng yang indah (Jujur, ini ga lebay). Mataharipun semakin tinggi, kamipun telah puas dengan sesi putu-putu, akhirnya kami memutuskan kembali ke tenda untuk sarapan pagi (Biar kaya orang-orang). disaat kami sedang masak, munculah sesosok penampakan mendatangi tenda kami, dan sesosok mahluk itu adalah teman kami yang katanya menyusul. tiba dengan bibir yang sudah mulai keungu-unguan (kaya viola), Muka yang pucat pasi. akhirnya kami ber 13 siluman laba laba berkumpul bersatu padu merangkai ombak ala mexican wave. tapi setelah dipikir-pikir, sahabat sejoli teman kami yang tertinggal masih berada di bukit teletubies.
Akhirnya sebagian dari kami menyusul ke bukit teletubies untuk menjemput sahabat pena kami yang masih tertinggal di puncak bukit teletubies. Tak diduga tak dinyana ternyata kedua teman kami yang katanya menyusul ini tidur tidak mengunakan tenda, hanya bermodalkan Sleping bag 1 untuk dua orang, dan mereka tidur di balik tenda orang lain agar tak terkena Oh angin malam...bawa daku...ketempatmu. kamipun bergegas kembali ketenda untuk makan pagi, karna dihari ini juga kami akan kembali ke kota kami tercinta, yaitu Tangerang (Prettt...). Kedua teman kami yang katanya menyusul itu makan dengan buasnya, karna hampir seharian tidak makan.
Tendapun melai kami rubuhkan, makanpun telah selesai, dan sampahpun telah kami kumpulkan untuk di bawa turun ke basecamp (Ini wajib buat kalian yang suka mendaki gunung pada setiap tanggal merah). Setelah beberapa jam perjalanan turun, akhirnya kami sampai kembali di Basecamp Dieng dengan selamat tanpa kekurangan apapun. Terima kasih sebesar-besarnya kepada sang pencipta dunia ini (Biar religius dikit).
nb : Sangat disarankan buat kalian yang mendaki gunung prau untuk berwisata keliling dataran tinggi dieng (Kawah Sikadang, Candi Arjuno, Telaga Warna & Dieng Plateau).
Transport & Harga :
Bis Sinar J*ya Tangerang-Wonosobo, Rp. 90K
Minibus ke Dieng, Rp 15K
Perijinan Simaksi, Rp. 10K
No comments:
Post a Comment