Perjalanan kali ini sebenarnya beberapakali mngalami hambatan, Dari yang ketingalan kereta Ps. Senen-Lempuyangan hingga batalnya seorang teman (Sebut saja namanya Kecot/Franky Sidabutar) hingga akhirnya kami berdua (Amri "Jhon Terry" Sianturi & Robet Napitupuluh) yang melakukan perjalanan mendaki Gunung Merapi. rencana disusun sebelum beberapa minggu sebelum hari keberangkatan. Pada hari H keberangkat kami berusaha mencari tiket kereta api menuju Jogjakarta, karena bertepatan dengan long weekend maka kami kehabisan tiket kereta api dan akhirnya kami memutuskan menunda keberangkatan pada esok harinya. Keesokan harinya kami pun mengalami hambatan kembali, Kereta yang kami ingin tumpanggi dengan teganya meningalkan kami berdua hingga akhirnya kami mimilih kereta jurusan Semarang.
Setibanya kami di Stasiun Semarang Tawang, Kami berdua menyempatkan untuk berwisata kuliner di kawasan Stasiun Semarang Tawang (Nyari rumah makan yang murah). Setelah berjalan beberapa meter ke arah barat, Kami melihat ada sati rumah makan yang sangat mewah (Biar keliatan elit). Tanpa pikir panjang kami segera meyantap makanan yang telah kami pesan, Sambil menunggu kereta jurusan Seamarang-Solo. Stelah perut kami terisi oleh segumpal makanan yang kami makan tadi, Akhirnya kereta jurusan Solo yang kami tunggu tiba. Tanpa pikir panjang, Kami pun langsung membeli tiket dan mencari kursi untuk melanjutkan mimpi kami yang terputus di Kereta jurusan Jakarta-Semarang.
Setelah menunggu beberapa jam, Akhirnya kami sampai di Stasiun Solo Balapan pada siang harinya. Setelah melakukan diskusi sebentar dengan seorang teman (Robet Napituluh), Kami memutuskan untuk melakukan kembali Wisata Kuliner di daerah Solo sembari mencari beberapa Jerigen untuk stok air kami selama pendakian. setelah perut kembali terisi dan jerigen air sudah terbeli kami memutuskan untuk kembali ke Stasiun Balapan solo sembari berfoto-foto ria sepanjang perjanan menuju Stasiun dan menunggu kereta jurusan Solo Balapan-Tugu. Setelah beberapa lama kami menunggu, Akhirnya kereta yang kami tunggu pun tiba hingga akhirnya kami sampai di Stasiun Tugu (Yogyakarta). Sesampainya kami di Jogja kamipun memutuskan untuk melakukan perjalanan ke kaki Gunung merapi (Kinaharjo), Dan di sini kami kembali mengalami kesialan dengan tidak adanya Angkot pada malam hari menuju Kaliurang, Dengan sangat berat Hati kami melakukan Jalan Kaki dari terminal angkot yang kami lupa namanya hingga Kantor SAR Kaliurang. Kamipun berencana melakukan pedakian pada esok harinya, Tapi tantangan kembali menerpa kami setelah kami mendengar bahwa Pendakian menuju Puncak Merapi dari Kinaharjo sudah tidak di buka kembali sejak 1995. Di sini kami sempat mengalami patah semangat, Dan terbesit untuk kembali ke Tangerang sembari mnunggu waktu yang pas di lain kesempatan. Lalu kamipun menumpang Truck Garam menuju Jogja dan pulang sembari menginap sehari di rumah teman yang kuliah di Jogja. Sesampainya di Kosan seorang teman, Saya dan Robet kembali mendiskusikan kembali tentang rencana kami mendaki Gunung Merapi di kosan teman. Setelah kami melakukan diskusi beberapa lama akhirnya kami memutuskan meminta Bantuan dana IMF kepada beberapa Someone, Karna persedian Hepeng/Uang kami sudah tidak memungkinkan melanjutkan perjalanan yang masih panjang.
Akhirnya pagipun datang bersamaan dengan Transferan dari Someone, Tanpa pikir panjang kami pun kembali bersiap merapihkan perlengkapan dan berangkat tujuan terminal Jogja. Setelah beberapakali naik turun Bis, Akhirnya kami tiba di sebuah Pasar (Maaf ya pasar, Ane lupa tanya namanya). Di sini kami mengalami hambatan kembali, Bis yang menuju Kopeng sudah tidak ada. Akhirnya kami memutuskan menggunakan jasa Kendaraan Roda dua (Ojek) menuju kopeng.
Tanpa pikir panjang kami langsung melakukan pendakian menuju Basecamp, Sesampainya di basecamp kami re-packing perbekalan, makan malam dngan mie yang iklanya SUDAH, MAKAN DULU SANA sambil penyesuaian kondisi tubuh dengan kondisi lingkungan di basecamp. Setelah dirasa cukup penyesuaian kami berdua berkoordinasi dan setelah mengisi air untuk pembekalan nanti kami saat pendakian kami pun berangkat dari basecamp yang berada di ketinggian 1680 m.
Seperti di pendakian pada umumnya maka perjalanan di menit pertama ini yang paling berat karena kondisi otot belum siap untuk kerja yang berat terutama bagi kami yang jarang berolahraga. Jalur pertama yaitu jalan aspal menanjak sampai ujung jalan aspal terdapat warung dengan tulisan NEW SELO diatasnya, karena kami berjalan terlalu cepat sehingga menyebabkan kondisi fisik dan psikologis salah satu teman tidak siap dengan perubahan ketinggian, tekanan dan jalan yang menanjak sehingga menyebabkan down.
Perjalanan berlanjut berdua, saya (amri Sianturi) dan teman saya (Robet Napitupuluh) menyusuri perkebunan penduduk. Untung bagi kami karena cuaca cerah dan jalan yang basah akibat hujan kemarin, karena dengan jalanan dengan tanah yang lembut maka akan berdebu jika kering dan licin jika hujan. Berjalan pelan-pelan sambil mengkalibrasi otot-otot kaki karena kamiberdua bagaikan mesin tua yang jarang di tune up dan langsung dipakai kerja berat. Kemudian kami melanjutkan perjalanan menyusuri jalur yang terus menanjak sejak dari basecamp, sesampainya di persimpangan kami memilih melewati jalur kartini yang relatif lebih landai. Kami kembali istirahat 10 menit pada pukul 23.15 di ketinggian 2165 m, ternyata setelah melanjutkan perjalanan menanjak sebentar kami tiba di Watu Gajah yang mempunyai ketinggian 2343 meter.
Setelah melewati Watu Gajah kami menyusuri jalur batu yang terjal, disini kami istirahat agak lama untuk menikmati indahnya gemerlap lampu kota Solo, Boyolali dan Magelang. Perjalanan kami lanjutkan, jalur ini lebih berat dari jalur sebelumnya karena lebih terjal dengan batu-batu yang besar sehingga mengharuskan kami istirahat lagi pada pukul 01.10 di ketinggian 2415 m. Namun tidak lama kami melanjutkan perjalanan, kami tiba di Pos II yang berada di ketinggian 2470 m, disini kami tidak istirahat dan lengsung melanjutkan perjalanan.
Jalur setelah Pos II ternyata lebih berat lagi, jalur terjal dengan batuan vulkanik muda yang lepas dan tajam ditambah dengan gerusan-gerusan dalam akibat erosi yang kuat sehingga banyak jalur-jalur sempit. Disini kami berjalan pelan-pelan sambil memilih jalur untuk dilewati, kemudian kami melanjutkan perjalanan dan istirahat lagi. kami sampai pada suatu dataran berbatu, Akhirnya Saya dan teman saya memutuskan untuk mendirikan Tenda. Pagi pun tiba, Tanpa pikir panjang kamipun menikmati indahnya pagi hari di Gunung merapai sambil bernarsis-narsis ria (Belajar jadi model). Setelah bernarsis-narsis ria kami memutuskan untuk segera makan agar tidak kesiangan menuju puncak. Setelah makan kami pun melakukan kembali melakukan pendakian dengan menyusuri dataran yang tidak begitu lebar kami akhirnya tiba di suatu punggungan dimana kami bisa melihat tempat lapang berbatu luas yang disebut Pasar Bubrah di ketinggian 2605 m, tempat tersebut tepat berada di kaki Puncak Gunung Merapi dan biasa menjadi tempat mendirikan tenda untuk istirahat bagi para pendaki sebelum melanjutkan perjalanan menuju Puncak Garuda.
Saya dan teman saya mulai mengelilingi Pasar Bubrah sambil berfoto-foto ria dan beberapa kali foto narsis dengan bibir melengkung (Ala Facebook). Sehabis berfoto-foto riakami kembali melanjutkan pendakian yang Very, Very Melehakan. Dari pasar bubrah menuju puncak sangantlah rawan, Karna titik kemiringan jalur pendakian menuju puncak mencapai 110 Derajat Dan Trecknya sendiri berupa batu-batu kerikil kecil dan besar yang jika salah dalam menentukan pijakan bisa sangat berbahaya.
Setelah berjalan beberapa lama akhirnya kami berdua sampai di Puncak Gunung Merapi, tanpa aba-aba kamipun menikmati pemandangan yang begitu luar biasa (Sambil berfikir, Indahnya ciptaan Tuhan). Setelah beberapa lama kami menikmati pemandangan alam dan berfoto-foto, Kami memutuskan melanjutkan untuk memanjat sebuah batuan besar yang berdiri tegak di hadapan kami (Puncak Garuda). Walau hanya beberapa meter, Tapi menuju puncak garuda sangatlah berbahaya. Titik kemiringanya sendiri saya kurang tau pasti, Yang jelas miring banget deh pokoknya.
Setelah mencapai Top Summit (Puncak Garuda), Akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke tenda dan kembali ke jogja pada ke esokan harinya.
*Tidak lupa saya ucapakan terima kasih sebesar-besarnya For Jesus Kristus yang telah memberikan keselamatan, Kesehatan & Kembali sampai rumah tanpa kekurangan satupun apapun.
*Thank's to Robet Napitupuluh & Anak-anak benua yang tinggal di jogja, PT KAI, Supir Angkot, Tukang Ojek, Pedagang Sego Kucing, Mesin ATM Mandiri & Hidup Mba Mega....Merdeka....Horas.
Garuda kini telah tinggal kenanggan
ReplyDelete